Altruisme

dalam

Beda orang, pasti berbeda pula standar kebahagiaannya. Selama tidak membawa dampak buruk, apapun caranya bagi seseorang untuk mendapat kebahagiaan adalah benar adanya. Kalau saya? Bahagia jika melihat orang lain bahagia.

Altruisme (altruism) merupakan paham atau sifat yang lebih memperhatikan dan mengutamakan kebahagiaan orang lain di atas dirinya sendiri.1 2 Ada rasa senang dan menyejukkan apabila melihat orang lain ikut senang, baik ada campur tangan dari saya (baca: memberikan bantuan) maupun tidak.

Oh, iya. Pada awalnya saya tidak pernah kepikiran untuk membuat tulisan tentang altruisme. Namun, akhirnya ide itu mencuat setelah merenungkan kegiatan yang saya ikuti beberapa waktu yang lalu.


Jadi, saya beserta seluruh anggota keluarga mengikuti acara resepsi pernikahan dari salah satu kerabat dekat kami. Setelah bertegur sapa dengan anggota keluarga lainnya dan menyalami kedua mempelai, saya disapa oleh seseorang yang saya kenal baik dan menanyakan hal ini, “Kamu sudah mau menginjak usia kepala tiga, kapan giliran kamu untuk menikah?”

Kalau boleh jujur, saya terdiam cukup lama karena pertanyaan itu. Namun, saya dengan tegas menjawabnya, “Aku sudah berusaha semampuku, tetapi kalau memang belum mendapatkannya maka aku tidak akan melawan kehendak Tuhan.” Sebenarnya saya sengaja memberikan jawaban tersebut agar ia diam, mengingat ia adalah sosok yang cukup religius.

Bukannya terdiam, ia malah bertanya demikian, “Apa kamu gak sedih dan iri melihat banyak temen-temen dan kerabatmu sudah berkeluarga? Ingat umur, loh” Karena ia bertanya seperti itu, maka langsung saya keluarkan senjata pamungkas ini:

“Tidak. Aku tidak iri dan sedih sama sekali. Justru aku malah senang melihat dia sudah mendapatkan pasangan hidupnya. Kalau memang aku belum diberikan kesempatan untuk memiliki pasangan, berarti memang aku sedang dalam proses penyempurnaan diri oleh-Nya. Aku mau nanti pasanganku juga bahagia, bukan sebatas gengsi cepet-cepetan dapat pasangan”

Sesuai perkiraan, kali ini ia terdiam akan jawaban saya. Tiba-tiba temannya memanggil dan inilah kesempatan tepat untuk saya melarikan diri. Ke mana? Ke tempat prasmanan tentunya. Harap maklum, sebelum berangkat ke tempat resepsi saya hanya makan mi instan.


Sepanjang beberapa waktu terakhir, saya pernah diajak oleh salah satu teman dekat yang sebelumnya belum pernah punya pacar dan kini sudah berpasangan. Sebagai temannya, saya sangat senang sekali karena ia mendapatkan pasangan yang bisa saling mengerti satu sama lain. Dari kacamata saya, ia menjadi sosok yang lebih dewasa.

Terlepas dari sifat altruisme yang saya miliki, saya juga tidak lupa untuk mengejar kebahagiaan (meskipun masih belum punya pasangan) dengan cara saya sendiri. Berkontribusi di Wikipedia, menulis blog, berinteraksi dengan handai tolan, dsb. adalah cara saya untuk terus berbahagia.

Pada akhirnya, kebahagiaan terbaik yang saya rasakan adalah melihat orang-orang terdekat dan tersayang turut bahagia akan pilihan hidupnya. Bagi saya, itu adalah berkat dari Tuhan agar senantiasa menikmati hidup ini.


Tulisan ini saya tutup dengan mengutip sebagian lirik lagu dari Oppie Andaresta yang berjudul Single Happy. Lagu ini pernah saya dengar pada tahun 2010 dan tetap enak didengar hingga saat ini.

Mereka bilang sudah saatnya karena usia
Untuk mencari sang kekasih hati
Tapi kuyakin akan datang pasangan jiwaku
Pada waktu dan cara yang indah

Aku baik baik saja
Menikmati hidup yang aku punya
Hidupku sangat sempurna
I’m single and very happy

Mengejar mimpi mimpi indah
Bebas lakukan yang aku suka
Berteman dengan siapa saja
I’m single and very happy

Catatan kaki

  1. “altruism (n .)”Online Etymology Dictionary. Douglas Harper. Diakses 28 Februari 2024. ↩︎
  2. “altruisme”. KBBI VI Daring. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek. Diakses 28 Februari 2024. ↩︎

Discover more from Nohirara Swadayana

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

Tinggalkan komentar Anda

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.