Saya berani berpendapat bahwa hampir seluruh umat manusia di bumi memiliki setidaknya satu akun media sosial. Bagaimana tidak? Kemudahan dan kecepatan dalam mengakses maupun membagikan informasi menjadi daya tarik utamanya.
Selain itu, penerapan algoritma di masing-masing layanan media sosial dengan memberikan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna, menjadikan penggunanya betah untuk berlama-lama di sana. Sebagian yang lain mengikhlaskan diri untuk menjadi penghamba algoritme demi mendapatkan atensi dari sesama penggunanya.
Saya ingin jujur, bahwa ketika menjadi admin untuk akun X (Twitter) @idwiki maka saya berusaha untuk membuat konten yang berhubungan dengan tren pada saat itu. Apa tujuannya? Agar meningkatkan jumlah kunjungan unik (unique visitor) ke situs web Wikipedia itu sendiri. Namun, beberapa waktu ini saya putuskan untuk mengurangi intensitasnya.
Terlepas dari semua itu, saya secara pribadi tidak pernah tertarik untuk menghambakan diri ke algoritma media sosial. Saya punya akun media sosial pribadi, tetapi jarang saya gunakan untuk mengepos hal-hal pribadi. Pilihan saya dalam mengutarakan isi pikiran di ranah internet adalah dengan blog.
Sebagai sosok yang “lahir” dari tulisan (baca: Wikipedia), maka bukanlah konsep yang asing bagi saya ketika dihadapkan dengan tulisan panjang. Dari masa SMA, saya membiasakan diri untuk membaca, membuat, memeriksa, hingga memperbaiki artikel Wikipedia kala istirahat makan siang di sekolah maupun waktu senggang di rumah.
Jika dibandingkan dengan menulis artikel Wikipedia, maka membuat tulisan di blog pribadi terlihat jelas perbedaannya secara fundamental. Membuat artikel di Wikipedia harus mematuhi kebijakan dan pedoman yang berlaku, sementara untuk menulis blog tidak ada aturan secara pasti yang mengikat dan semua itu dikembalikan kepada penulis.
Masalahnya, karena pembiasaan ketika mengurus artikel Wikipedia yang menjadikan saya ragu pada awalnya untuk membuat tulisan di blog berdasarkan isi pikiran sendiri. Namun, seperti yang pernah saya ungkapkan melalui tulisan ini, pada akhirnya saya mendapatkan motivasi untuk rutin menulis dan meramaikan isi blog ini.
Setelah sekian banyak saya membuat tulisan di sini, ada beberapa hal yang saya dapatkan ketika rutin dalam nge-blog.
Sarana latihan dalam merumuskan isi pikiran
Pasti di antara kita pernah merasa terganggu dan/atau kesal ketika tidak dapat menyampaikan isi pikiran, terlepas kita sudah sangat yakin dengan isi pikiran sendiri. Nah, menulis (atau nge-blog) bisa menjadi salah satu sarana untuk latihan merumuskan isi pikiran.
Ketika ada ide yang ingin disampaikan, maka cobalah untuk merangkainya dengan poin-poin singkat terlebih dahulu. Kemudian bisa dilanjutkan dengan mengembangkan poin-poin singkat tersebut secara perlahan agar menjadi tulisan panjang. Selain untuk tulisan, metode ini juga berguna untuk persiapan presentasi maupun berbicara di depan publik.
Setelah membuat banyak tulisan, saya merasa lebih mudah untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat abstrak baik secara lisan maupun tulisan. Maksud dari abstrak di sini adalah sesuatu hal yang di luar kemampuan (expertise) saya sehari-hari. Memang bukan proses sehari semalam, tetapi dampaknya sangat terasa bagi saya.
Meluangkan waktu untuk lebih banyak membaca
Sering kali saya mendengar dan melihat suatu pernyataan bahwa untuk bisa menulis, maka harus diiringi dengan membaca secara rutin. Awalnya saya berpikir itu hanya omong kosong, tetapi pada akhirnya saya menyadari itu adalah salah satu proses yang penting.
Terlepas dari beberapa individu yang berpendapat kontributor Wikipedia adalah kutu buku, saya sendiri bukanlah pembaca yang baik dan benar. Saya membaca menggunakan laptop dan ponsel, serta jarang untuk membaca buku fisik. Namun, saya selalu menyempatkan waktu membaca tulisan di Medium, media massa langganan, buku digital, hingga penulis favorit.
Dari proses membaca tersebut, saya memperoleh banyak inspirasi berupa ide untuk tulisan selanjutnya dan insight dari pembuat tulisan itu sendiri. Ini sangat berguna agar saya senantiasa menjaga api semangat untuk menulis tidak kunjung padam. Semakin banyak saya menulis, maka semakin banyak pula tulisan yang dibaca untuk bahan tulisan saya selanjutnya.
Rehat sejenak dari riuhnya informasi
Hampir setiap hari saya mengelola akun X @idwiki dan tak jarang hal tersebut membuat saya jenuh akan banyaknya informasi yang lewat di lini masa. Salah satu tempat bagi saya untuk melarikan diri dari riuhnya media sosial adalah dengan membuat tulisan di sini, yaitu blog saya sendiri.
Blog yang saya juga sebut “rumah” ini merupakan tempat bagi saya untuk menjadi diri sendiri, serta menyampaikan isi pikiran tanpa rasa takut dan terkekang. Saya yang merancang “rumah” ini dan saya merasa berhak untuk merasa aman di “rumah” sendiri.
Setiap hari saya rutin membuat draf tulisan secara bertahap, hingga pada akhirnya draf tersebut dapat terbit menjadi tulisan sendiri yang bisa dibaca secara utuh. Saya sangat menikmati setiap prosesnya dan sekaligus menjadi wadah agar lebih menghargai diri sendiri. Satu bagian draf sudah selesai, saya senang. Satu draf terbit jadi tulisan, saya turut senang.
“Eh, tapi bukannya blog sudah ketinggalan jaman?”
Mungkin saja benar bagi sebagian orang, tetapi bagi saya sendiri blog sudah banyak memberikan manfaat dari berbagai aspek. Lagipula, saya nge-blog dengan tujuan menjaga hasil pemikiran untuk masa yang akan datang. Siapapun bisa membacanya dan semoga bisa membawa manfaat bagi hidup mereka untuk seterusnya.
Saya berharap di masa tua nantinya dapat membaca seluruh hasil tulisan saya di blog ini dan bergumam di dalam hati, “kamu sudah bertumbuh sejauh ini, aku bangga padamu.”
Tinggalkan komentar Anda