Ini memang soal kecocokan dan kenyamanan setiap pengguna pelantar, terutama kalau untuk kepentingan pribadi, bukan dinas.
Facebook saya tinggalkan pada 2012, antara lain karena terlalu riuh, padahal dalam kehidupan nyata saya tak punya teman sebanyak itu. Teman dalam arti saling mengenal, tahu wajah masing-masing.
Twitter saya tinggalkan 2014, lalu setelah saya ngeblog lagi akhir 2019 akun Twitter untuk blog saya aktifkan, jumlah pengikut sedikit, seperti pembaca blog saya. Akun lama Twitter saya lbh banyak pengikutnya, demikian pula akun Twitter dengan nama saya tetapi untuk dinas. Kemudian untuk X/Twitter terakhir akhirnya saya bosan.
Tentang blog saya masih nyaman di situ. Memang pembacanya jauh lebih sedikit daripada yang sebelum 2014, tetapi saya tetap nyaman karena tujuan saya ngeblog untuk memperlambat kepikunan.
Misalnya ingin meraih banyak pembaca mungkin lebih sip menulis di FB tetapi itu bukan kebutuhan saya karena di sana riuh, terlalu banyak interaksi, kalau semua hal saya turuti maka waktu saya akan habis hanya untuk berinteraksi.
Kenapa saya tidak ngeblog dalam wadah pelantar komunal, spt WordPress, Blogspot, dan Medium? Bukankah peluang banyak pembaca lebih mungkin di sana?
Pertama: saya kadung ditraktir domain dan hosting pada mulanya. Kedua: sejauh ini saya masih nyaman dengan hadir sendirian, kecuali nanti tak sanggup lagi membayar maka saya masuk ke layanan komunal gratis.
Meski pembaca saya sedikit, selalu saja ada yang membaca arsip lama karena hirings mesin pencari.
Soal lain, saya tahu topik tertentu di blog saya lebih banyak pembacanya namun saya menulis tanpa peduli itu, apa pun yang ingin saya tulis ya saya tulis. Kenapa? Ini blog pribadi. Kalau misalnya saya bekerja untuk media tentu beda, apa yang disukai pembaca itulah yang akan saya tulis. 😇🤫