Sejak tahun 2022, saya bekerja secara jarak jauh (remote work) dan lebih banyak untuk menghabiskan waktu di rumah. Beberapa hal sudah saya tingkatkan untuk menunjang pekerjaan, salah satunya dengan mengganti layanan internet mobile ke fiber yang bernama Biznet Home.
Tidak pernah terpikirkan di dalam benak bahwa pada akhirnya saya bisa menikmati internet cepat dan stabil, padahal sebelumnya hal itu hanyalah angan-angan. Memang harganya cenderung lebih mahal, tetapi sebanding dengan kualitas yang diberikan.
Karena pada saat itu saya tidak mendapatkan fasilitas dari kantor, maka saya bekerja menggunakan laptop yang sudah ada. Permasalahannya adalah, panjang diagonal layar dari laptop tersebut hanya 13 inci.
Alhasil, setiap hari saya bekerja dengan sedikit membungkuk karena layar laptopnya terbilang cukup kecil. Lambat laun, hal ini mengakibatkan rasa sakit pada bagian tengkuk apabila saya menggunakan laptop dalam jangka waktu lama.
Saya pernah mendapatkan masukan dari rekan agar menerapkan prinsip ergonomis dalam bekerja, salah satunya adalah pandangan lurus dan jauh (kurang lebih 30-40 cm) ketika melihat layar. Saya bertanya balik, bagaimana prinsip tersebut dapat diterapkan jika layar laptop saya itu kecil?
“Beli monitor saja. Gampang, toh?”, jawab ia dengan mudahnya.
Terlepas dari geram saya di dalam hati, saya bisa memaklumi karena ia tidak mengetahui kondisi keuangan saya pada saat itu. Selain itu, ia juga lebih mapan dan baginya membeli monitor adalah sesuatu yang receh. Bukan hanya satu, melainkan ia membeli 3 monitor sekaligus.
Sungguh membagongkan.
Namun, perkataannya sampai membekas di benak saya dalam waktu lama, hingga pada akhirnya saya memutuskan untuk melihat beberapa video di YouTube perihal set up kerja. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah ini:
Saya terkesima akan video tersebut, karena ia cukup menghubungkan laptop (dalam hal ini MacBook) ke monitor yang membuat mejanya terlihat rapi. Sayang beribu sayang, kenyataannya saya belum dapat membeli kedua perangkat tersebut karena harganya yang selangit.
Pada akhirnya saya harus mengikhlaskan untuk tetap bekerja menggunakan laptop yang sudah ada dalam beberapa waktu lamanya.
Ketika saya mendapatkan kesempatan untuk menggunakan MacBook Air M2, saya sangat senang karena bisa “bertemu” kembali dengan produk Apple setelah keluar dari perusahaan sebelumnya. Toh, MacBook ini juga sesuai dengan kebutuhan kerja saya pada saat ini.
Tidak hanya itu, beberapa hari terakhir ini saya mendapatkan kesempatan pula untuk membeli monitor untuk menunjang pekerjaan yaitu Samsung 24″ Essential Monitor S3 S33GC di toko daring berwarna hijau.

Dua hal yang menarik perhatian saya untuk membeli monitor tersebut adalah harga miring dan ukuran layar yang besar. Memang monitor ini menggunakan panel IPS, bukan panel yang oke punya seperti OLED. Namun, setidaknya monitor ini sudah cukup bagi saya untuk menunjang pekerjaan sehari-hari.
Karena rasa senang yang bukan main, maka saya bergegas untuk menggunakan monitor tersebut di meja ruang kerja saya.

Lagi-lagi, tidak pernah terpikirkan di dalam benak bahwa pada akhirnya saya bisa menggunakan monitor, padahal sebelumnya hal itu hanyalah angan-angan. Sepanjang menggunakan monitor ini, saya sudah tidak lagi mengalami sakit tengkuk seperti sebelum menggunakannya.
Saya juga tergelitik untuk menggunakan MacBook dalam mode clamshell, yaitu menggunakan monitor untuk menampilkan konten dari MacBook dengan menutup layarnya. Agar lebih jelas, Anda dapat melihat gambar berikut.

Saya meminta maaf atas meja yang berantakan, karena saya mengerjakan ini secara terburu-buru. Bagi saya, untuk saat ini yang terpenting adalah saya bisa menggunakan set up ini dengan lancar terlebih dahulu. Perihal beberes kabel dan yang lain, akan saya lakukan apabila ada niat. 😂
Berhubung saya tidak bisa menggunakan webcam MacBook karena layarnya ditutup, maka saya memutuskan untuk membeli webcam Logitech C920 yang diletakkan di atas monitor.

Ketika ada pertemuan daring pada jam kerja, saya menggunakan lampu belajar agar wajah saya terlihat dengan jelas di webcam. Lampu tersebut adalah pemberian dari teman saya dan hingga saat ini saya berterima kasih atas pemberiannya yang berharga ini.

Setelah sekian lama, saya akhirnya bisa bekerja secara ergonomis. Apabila dibandingkan dengan set up dari orang lain, tentu saja punya saya masih jauh. Namun, saya tetap senang dan bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki sekarang.
Suatu hari, saya menghubungi rekan yang pernah menyarankan untuk membeli monitor itu:
“Eh, gue sekarang udah punya monitor, nih!”
“Wih, keren bro! Gue seneng lu udah enggak ngeluh sakit leher lagi dan bisa kerja secara ergonomis.”, balasnya.
Ada sedikit rasa senang karena merasa dapat mengejar “ketertinggalan” saya dengan dirinya, yaitu sudah punya monitor untuk bekerja. Seketika itu juga ia membalas:
“Tapi monitor lu cuma satu kan, gue tiga dong!”, pungkasnya.
Mendengar itu, saya menghela napas dan ia tertawa akan reaksi saya tersebut. Pada akhirnya, kami tertawa bersama sembari melepas rasa kangen karena ia sudah bekerja nun jauh di sana.
Tinggalkan komentar Anda