Migrasi ke “Rumah” Baru

dalam
Migrasi ke “Rumah” Baru

Sebenarnya saya sudah memiliki “rumah” yang rencananya sebagai tempat bernaung untuk semua tulisan saya, yaitu berada di Medium. Namun, karena kesibukan pekerjaan membuat saya membiarkan “rumah” tersebut sepi tak terurus.

Kalau boleh jujur, selain alasan di atas, paradigma untuk mengejar kesempurnaan absolut dalam menulis menjadikan semua tulisan saya terhenti sampai tahapan draf. Rasa ragu dan tidak percaya diri selalu menghantui pikiran saya, serta senantiasa beranggapan bahwa tulisan saya tidak cukup menarik untuk dibaca oleh orang lain.

Mengapa saya bisa berpikir demikian? Singkat cerita, hal itu terjadi ketika saya mulai berlangganan Kompas.id pada akhir April 2023 dan rutin membaca kolom opini yang biasanya menampilkan tulisan dari sosok ternama. Saya selalu terkesima akan gaya bahasa dan bahasan yang ada di tulisan mereka.

Ketika mulai menulis, saya selalu berorientasi untuk menyamakan kualitas tulisan saya dengan mereka. Setelah selesai menulis dan sadar diri akan keterbatasan ilmu dibandingkan mereka yang (menurut saya) ahli di bidangnya, menjadikan saya minder untuk menerbitkan tulisan yang sudah dibuat susah payah. Pada akhirnya, semua tulisan saya menumpuk di draf.

Pada akhir tahun 2023, secara tidak sengaja tulisan dari Ivan Lanin lewat di lini masa saya. Memang bukan kali pertama saya mengikuti tulisan beliau, tetapi tulisan yang satu ini sangat menarik perhatian saya. Terlebih lagi ada satu bagian pada tulisan tersebut yang menjadi sorotan:

“Saya percaya bahwa tulisan tidak sempurna yang selesai lebih baik daripada tulisan sempurna yang tidak kunjung rampung.”

Ivan Lanin, dalam tulisan Menulis Setiap Hari yang diterbitkan di Medium

Setelah membaca tulisan tersebut, saya merasa “tertampar” akan nasihat tersurat yang beliau berikan terhadap pembacanya. Akhirnya saya menyadari bahwa sempurna atau tidaknya suatu tulisan adalah hal subjektif dan berbeda bagi setiap orang. Setiap tulisan membawa unsur pribadi layaknya DNA yang melekat pada setiap pembuatnya, itulah yang menjadikannya unik.

Tanpa melepaskan langganan Kompas.id, saya memutuskan untuk berlangganan Medium Membership agar lebih leluasa membaca tulisan yang ada di sana. Satu hal yang saya sukai dari Medium adalah keterbukaannya untuk menjadikan “rumah” bagi tulisan dengan beragam sudut pandang dan kepribadian penulisnya. Rasanya sangat melegakan.

Pada hari yang sama, saya memutuskan untuk memasukkan “membuat tulisan secara rutin” sebagai salah satu resolusi tahun 2024 yang harus diwujudkan.


Awal tahun 2024, dengan berani saya mengambil keputusan untuk membeli layanan hos (hosting) dari Dewaweb sebagai “rumah” semua tulisan saya nantinya. Harus saya akui bahwa harga per bulannya sedikit lebih mahal dibandingkan berlangganan Medium Membership.

Kalau begitu, mengapa memilih untuk menggunakan hosting dan bagaimana nasib dari Medium yang sudah saya buat? Saya jawab satu persatu.

Mengapa memilih untuk menggunakan hosting?

Per 12 April 2023, pihak Medium memutuskan untuk menonaktifkan fitur kustomisasi profilnya. Sebagai individu yang gemar untuk mengutak-atik tampilan situs web, jujur saja keputusan ini mengecewakan saya. Lagipula, awal mula saya tertarik untuk bergabung di Medium adalah fitur kustomisasi tersebut.

Pertimbangan saya untuk membeli hosting yaitu adanya keleluasaan untuk mengubah isi situs web sesuai dengan preferensi saya. Situs web yang Anda baca saat ini menggunakan WordPress sebagai mesin penggeraknya, serta memakai tema Twenty Twenty-Four sebagai tampilan situsnya.

Saya memiliki kebebasan untuk menjadikan situs ini lebih ringan, efisien, dan nyaman untuk dibaca oleh khayalak.

Bagaimana nasib dari Medium yang sudah saya buat?

Sederhananya, saya tidak akan membuat tulisan lagi di sana. Terlepas dari semua itu, saya tetap akan berlangganan Medium Membership dan aktif membaca tulisan yang ada di sana. Tak ketinggalan pula saya akan memberikan tepuk tangan (clap) dan meninggalkan komentar pada tulisan yang menurut saya menarik.

Bagai kacang ingat akan kulitnya, saya berusaha untuk tidak melupakan tempat awal menemukan pemantik agar rutin menulis. Berbeda haluan, tetapi tetap selalu di hati.


Saya berharap semoga keputusan ini bisa menjadikan alasan kuat untuk terus menulis dan semakin meramaikan isi dari “rumah” ini. Agak aneh rasanya apabila saya sudah membeli hosting yang harganya tidak murah, tetapi saya malas-malasan untuk aktif menulis di sini.

Yang bener aja? Rugi dong!


Discover more from Nohirara Swadayana

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

Tinggalkan komentar Anda

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.