Terinspirasi dari model tulisan Paman Tyo.

Ketika saya sedang di luar rumah, saya mencoba untuk menulis segala hal yang ada di dalam benak menggunakan aplikasi catatan di ponsel. Semua tulisan tersebut akan terbit dalam kategori Nukilan.

Lihat makna "nukilan" di KBBI.

Air mengalir sampai jauh, akhirnya ke laut”

Kalau dipikir-pikir, air hanya mengikuti bentuk bibir sungai yang mengelilinginya. Apabila bibir sungainya ke kiri, maka air akan mengalir ke kiri. Apabila bibir sungainya ke kanan, maka air akan mengalir ke kanan. Ia seperti tak punya kendali akan dirinya sendiri.

Selain itu, banyak omongan mengenai sosok air ini. Ia adalah materi yang menghidupkan, karena bisa memberikan minum bagi manusia maupun makhluk ciptaan-Nya yang lain. Namun, ia juga bisa menjadi senjata mematikan, apabila datang dalam jumlah banyak dan tak terduga.


Pagi ini, saya mendapat kabar bahwa beberapa rumah kerabat terkena banjir. Malam sebelumnya memang hujan sangat deras, tetapi mereka meyakinkan bahwa ini adalah banjir kiriman dari Bogor. Hal yang membuat saya miris adalah ketinggian banjir sudah mencapai sedada orang dewasa, bahkan lebih.

Lantas saya bergegas mandi dan tancap gas menuju salah satu rumah kerabat yang lokasinya terdekat. Tentu saja saya tidak akan nekat menerjang banjir menggunakan sepeda motor, melainkan akan saya parkirkan di minimarket terdekat. Saya sudah mempersiapkan diri untuk menerjang banjir, kok.

Niat saya kandas dikarenakan beberapa meter dari minimarket tempat saya berdiri sudah terendam banjir, kira-kira hampir seperut orang dewasa. Sontak saya menghubunginya, ia bersikukuh agar saya tidak usah nekat mengungsikan dirinya beserta anggota keluarganya.

“Aku nunggu tim SAR saja, udah gak usah nekat begitu”, ujarnya.

Saya tidak bisa berkata-kata selain mengumpat dalam hati, terlebih pada air penyebab dari ini semua. Berhubung airnya juga keruh, maka semakin mantap misuh-misuhnya di dalam hati.


Masih segar di dalam ingatan bahwa kejadian ini bukan kali pertama terjadi. Namun, salah satu pihak (sebut saja pemerintah) dengan jumawanya selalu menjanjikan agar banjir bisa teratasi. Banjir memang bukan kali ini terjadi, tetapi juga omongan dari mereka yang katanya abdi rakyat itu.

Sebagai hal yang kata orang-orang adalah rutinan, mengapa banjir selalu terjadi di tempat yang sama? Dari sejauh yang saya ketahui, pemerintah selalu di garda depan untuk penanganan banjir. Itu bagus, tetapi apa peranan pemerintah dalam pencegahan banjir? Apakah mereka berada di garda depan?

“Lu jangan cuma nyalahin pemerintah, dong! Warga juga punya andil dalam terjadinya banjir. Apalagi mereka suka buang sampah sembarangan.”

Halah, bacot. Jika memang benar pemerintah menggunakan kewenangannya dengan baik dan benar, maka masalah banjir sudah pasti menjadi cerita di masa lalu. Pada kenyataannya? Lihat saja sendiri.

Hal yang ingin saya tekankan adalah, pemerintah punya wewenang dan berhak untuk melakukan hal yang terbaik bagi warganya, salah satunya adalah pencegahan banjir. Ini klise, tetapi mereka pun dibayar menggunakan duit kita melalui pajak, retribusi, dan tetek bengek lainnya.


Saya merasa apa yang dituliskan di catatan ini sangat berantakan dan terkesan asbun. Namun, persetan kata orang, karena inilah yang saya rasakan pada saat ini.

Catatan: sebagian besar dari tulisan ini tidak disunting sama sekali, kecuali pada beberapa bagian tertentu.


Discover more from Nohirara Swadayana

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

2 responses

  1. Terima kasih, Mas. Saya tersanjung.

    Tempo juga kerap menggunakan kata nukilan.

    Menulis, dan juga membaca, itu merawat benak.
    Ibu saya masih kaca koran dan mengisi TTS. Membeli koran secara eceran loper ke rumah, karena itu buat berinteraksi dengan orang lain.

    Usia ibu saya 92.

    1. Sama-sama, Paman. Toh, salah satu motivasi eksternal saya untuk tetap menulis adalah dari tulisan Paman.

      Berbicara soal menjaga ingatan, ibu saya juga senang mengisi TTS di waktu senggang. Pilihan termudah saya jatuhkan kepada buku TTS dari Kompas karena sekaligus juga berlangganan korannya. Ibu saya juga senang membaca.

      Titip salam dari saya kepada beliau.

      (Mohon maaf atas balasan yang terlambat karena akhir-akhir ini saya cukup sibuk.)

Tinggalkan komentar Anda

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.