Rasanya hampir tidak percaya bahwa tahun 2024 akan berakhir pada esok hari. Terlebih saya merasa masih belum melakukan banyak hal, tetapi sudah sampai di penghujung tahun. Memang relatif bagi setiap orang, tetapi bagi saya tahun ini terasa berjalan begitu cepat.
Terlepas dari itu, banyak pencapaian yang sudah saya raih pada tahun ini. Namun, melalui tulisan ini, saya akan merangkumnya menjadi dua hal saja. Meskipun hanya dua, tetapi semua itu berpengaruh besar di dalam hidup saya.
Mulai nge-blog secara serius dan rutin membuat tulisan
Wacana demi wacana, awalnya keinginan untuk rutin menulis hanyalah sebatas angan. Sebelumnya saya pernah memiliki blog di Medium, tetapi apa daya saya kehilangan semangat untuk menulis dan pada akhirnya menganggurkan blog tersebut.
Pada awal tahun 2024, akhirnya saya memberanikan diri untuk kembali nge-blog dengan meninggalkan Medium dan beralih ke layanan hos. Alasannya, karena saya ingin mencari suasana baru dalam menulis. Selain itu, berhubung harga layanan hos yang tidak murah, ini menjadi motivasi bagi saya untuk rutin menulis.
Dengan kata lain, saya merasa rugi apabila tidak rajin membuat tulisan di sana, terlebih saya harus membayar layanan hos tersebut setiap bulannya.
Dua tulisan dari Medium (ini dan ini) saya pindahkan ke blog ini sebagai penanda awal yang baru. Tidak disangka, ternyata cara ini berhasil untuk saya. Hingga saat ini, saya berhasil membuat 35 tulisan dalam setahun. Memang tidak sebanyak keinginan awal saya, tetapi ini sudah menjadi langkah pertama yang bagus.

Terdapat kutipan dari salah satu sosok yang saya kagumi, yaitu Ivan Lanin, perihal menulis:
“Saya percaya bahwa tulisan tidak sempurna yang selesai lebih baik daripada tulisan sempurna yang tidak kunjung rampung.”
Ivan Lanin, dalam tulisan Menulis Setiap Hari yang diterbitkan di Medium.
Apabila saya tidak membaca tulisan tersebut, bisa saja saya tidak akan termotivasi dan membuat situs web untuk “rumah” dari tulisan-tulisan saya. Sampai kapan pun saya akan berterima kasih kepada beliau atas motivasi secara tak langsung itu, karenanya “api” niat untuk menulis dapat terus membara hingga sekarang.
Membatalkan niat menjadi agnostik
Seperti yang sudah saya utarakan di beberapa tulisan ini, saya dibesarkan secara Katolik di dalam keluarga yang taat beragama. Namun, saya sendiri justru malah menjauh dari agama dan cenderung mengikuti keinginan sendiri yang jauh dari-Nya. Bisa dikatakan, saya menjalani agama sebatas ritualnya saja.
Dengan kata lain, Katolik KTP. Saya beragama tanpa memaknai secara penuh kehadiran-Nya di dalam hidup ini. Bahkan saya mendeklarasikan diri sebagai seorang agnostik.

Lukisan oleh: Bartolomé Esteban Murillo, lisensi: Domain publik.
Hingga pada suatu ketika, saya jatuh ke dalam keterpurukan yang menjadikan diri ini tidak memiliki harapan untuk menjalani hidup. Saya mencoba kembali beragama secara serius, yakni mulai dari berdoa, melangkah kembali ke gereja dan mengikuti misa secara rutin, hingga mengikuti retret.
Keluarga (ibu, ayah, dan adik) merupakan fondasi utama dalam membimbing saya kembali ke jalan-Nya. Mereka memberikan nasihat dan beberapa usulan doa yang bisa saya gunakan sehari-hari. Salah satunya adalah Novena Tiga Salam Maria.
Selain pihak keluarga, ada faktor eksternal yang menjadikan saya kembali dalam ke-Katolik-an. Berada di YouTube, kanal Breaking In The Habit menjadi salah satu asupan rohani ketika berselancar di dunia maya. Berikut adalah salah satu video yang sampai saat ini tetap berkesan dan membekas di dalam hati saya.
Apakah dengan semua ini, saya menjadi pribadi yang 100% suci? Tentu saja jawabannya tidak. Saya pasti dan akan melakukan dosa, baik secara sadar maupun tak sadar. Namun, setidaknya saya memiliki pertimbangan secara sadar dalam bertindak agar terhindar dari perbuatan dosa.
Siapa lagi yang bisa memberikan semua itu kalau bukan karena-Nya?
Saya sendiri tidak mengharapkan yang muluk-muluk, yaitu semoga di tahun 2025 semua orang bisa memperoleh kebahagiaan (dalam seluruh aspek) dan dapat menjalani kehidupan yang disebut “panggung sandiwara” ini dengan sebaik-baiknya.
Terlebih mulai besok, PPN 12% akan berlaku.
Apakah itu termasuk permintaan yang muluk-muluk? Entahlah. Semoga saja kita bisa bertahan dari semua kegilaan ini.
Tinggalkan komentar Anda